Tuesday, April 28, 2020

JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)


Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu program Jogo Tonggo. Program yang memiliki tujuan agar kita bisa saling menjaga dan saling melindungi tetangga dan orang-orang disekitar kita dari ancaman virus yang telah menjangkit jutaan manusia di dunia.

Tujuan program ini seandanya di implementasikan secara masif dan terus menerus akan memiliki banyak manfaat, diantaranya menciptakan rasa Empati, Simpati dan Toleransi. Sebagaimana yang pernah kita pelajari dalam ilmu agama dan ilmu sosial bermasyarakat pentingnya hubungan manusia dengan manusia lain akan memunculkan kebaikan bagi semua (Simbiosis mutualisme). Ini juga sejalan dengan isi UUD 1945 alenia ke empat yaitu; “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradad, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.  

Bagaimana mewujudkan JOGO TONGGO?

Sebagaimana arahan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta pada rapat bupati dan wali kota di Semarang Raya, Jumat (24/4/2020), program Jogo Tonggo ini melibatkan masyarakat luas dan peran penting pemerintah Desa dari tingkat paling bawah. Sehingga program ini jika dijalankan sesuai dengan SOP yang berlaku akan membangkitkan kembali semangat gotong royong di masyarakat pedesaan pada umumnya.

Semangat gotong royong ini muncul karena rasa Empati, Simpati dan Tolerasni itu tadi. Sehingga kita akan saling membantu, peduli, saling menghargai satu sama lain. Ketika tetangga kita kita tidak makan (miskin/tidak mampu), dengan senang hati kita akan berbagi makanan, kita akan saling membantu untuk meningkatkan ekonomi tetangga kita tanpa memandang status sosial. Begitu sebaliknya, yang sudah dibantu, jangan hanya menadahkan tangan, tetapi justru harus bisa bersyukur dan bisa mengembangkan diri untuk bisa membantu orang lain juga dan jangan menjadikan dirinya hanya sebagai benalu dilingkungannya.

Jogo Tonggo dalam mencegah kelaparan bisa disiasati dengan konsep Jimpitan. Jimpitan sendiri sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pedesaan. Konsep yang sudah ditelurkan sejak zaman dahulu ini adalah kegiatan mengumpulkan beras/sumber makanan lain dari rumah kerumah dengan takaran kaleng atau gelas.
Teknisnya adalah ditiap rumah warga dataruh kaleng atau gelas yang di gantungkan di dinding halaman rumah, setiaphari tertentu (sesuai kesepakatan masyarakat) kaleng/gelas yang sudah diisi beras akan diambil oleh petugas. Hasil Jimpitan inilah bisa kita bagi kepada warga sekitar yang membutuhkan.

Jogo Tonggo rasanya perlu dilaksanakan bukan hanya dalam menagani Pandemi Covid-19 saja, akan tetapi bisa bertranformasi kerah Gotong Royong Sak Lawase.

Tuesday, April 21, 2020

MEMERANGI COVID-19 DI TINGKAT DESA


     


     1.Yang mudik/ yang dari luar kota (ODP) isolasi mandiri atau lapor RT/RW/Kelurahan

Siapa yang bertanggung jawab dengan hal ini, sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat kedisplinan masyarakat kita masih tergolong rendah. 14 hari adalah waktu yang lama, ketika orang melakukan isolasi mandiri dirumah ia juga pasti akan merasa bosa apa lagi harus dikamar sepanjang waktu. Mengatasi kebosanannya pasti ia akan berhubungan dengan anggota keluarga yang lain, walau hanya sebatas ngobrol (sudah keluar jalur dari kata isolasi). Kemudian anggota keluarga juga akan melakukan kegiatan diluar (belanja, kerja, dll) karena beranggapan tidak ada masalah. Apa satu keluarga tersebut harus mengisolasi mereka juga?

2. Lapor RT/RW/Kelurahan

Lapor RT/RW/Kelurahan hanya diperuntukkan bagi yang sakit atau untuk semuanya? Ketika sakitpun apakah kita akan langsung lapor? Saya kira belum tentu juga, disini kita menekankan peran aktif perangkat Desa dalam penanganan COVID-19. Perangkat Desa harus lebih aktif dalam kontroling dan memiliki data akurat tentang warga yang baru keluar kota, pantau aktivitas mereka yang baru keluar kota. Dengan melakukan monitoring baik sekema Online atau kunjungan langsung kerumah warga ODP. Penekanan ini penting, demi memutus mata rantai penyebaran Virus.

2. Efisiensi Anggaran Desa

Banyak anggaran kita keluarkan untuk melakukan penyemprotan Disinfektan di setiap kampung atau desa, yang kita tidak tahu sebenarnya apa yang kita semprot. Virus itu bukan nyamuk atau serangga yang terlihat dan bisa loncat sana loncat sini. Kiranya lebih efektif penyemprotan atau monitoring? Bisa kita renungkan bersama

3. Pembatasan Warga Asing (Orang Luar Wilayah)

Pembatasan ini sangat diperlukan, menanamkan kecurigaan kepada orang lain saat ini menjadi penting sehingga kita bisa lebih menjaga diri dan melakukan pengamanan dengan alat pelindung diri (APD) seperti masker, menyediakan tempat cuci tangan di halaman rumah dll.  Pembatasan jam bertamu dan larangan tamu menginap supaya sistem kontroling kemanan desa tetap berjalan.

4. Pelaksanaan Peribadatan

Pelarangan peribadatan berjamaah perlu diterapkan dengan catatan bahwa daerah tersebut (Desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten) adalah wilayah Zona Merahsesuai dengan hasil Bahtsul Masail (Bahtsul Masail yang diselenggarakan pada hari Kamis 30 Rajab 1441 H /25 Maret 2020 M ini diikuti sejumlah kiai di jajaran Syuriyah PWNU Jateng, di antaranya KH Ubaidullah Shodaqoh (Rais), KH A'wani (Wakil Rais), KH Sya'roni Fahrurrozi (Katib) , KHM Munif A Muchit (Wakil katib), dan seluruh pengurus LBM PWNU Jateng.

Sumber: 
https://www.nu.or.id/post/read/118287/rais-nu-jateng--umat-islam-di-zona-hijau-darurat-corona--wajib-jumatan-- ) . Penting rasanya kita memahami wilayah Zona agar peribadatan tetap berjalan. Pelaksanaan peribadatan juga harus jelas sesuai SOP (membawa sajadah sendiri-sendiri (peribadatan muslim), jamaah adalah orang sekitar yang tidak pernah bepergian luar kota dalam kurun waktu yang ditentukan, jamaah dalam kondisi sehat, cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer sebelum memasuki area peribadatan).

Friday, September 13, 2019

PANEN RAYA UNTUK DESA YANG BERSAHAJA



Alhamdulillah....

Walau masih terbilang musim kemarau, pada bulan-bulan ini diwilayah Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan dan mungkin di Kabupaten lainnya masih diberkahi akan datangnya panen raya. Ada yang akan memanen PADI, KETELA POHON dan JAGUNG. Ada pula yang akan memanen KELAPA.

Pada panen raya ini pastinya akan memberikan memberi dampak yang cukup signifikan. Sebab tanaman-tanaman ini adalah sumber energi utama bagi kebanyakan orang. Terlebih dengan hasil panen ini dapat meningkatkan taraf perekonomian. Sebab dengan hasil panen melimpah ruah, diharapkan akan menghasilkan  pendapatan yang melimpah ruah.

Dari artikel ini mari kita bedah tentang hasil bumi ini.

1. PADI

PADI (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, PADI juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai PADI liar. PADI diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.[1]

Produksi PADI dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah JAGUNG dan gandum. Namun, PADI merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. (kata Mbah si gitu, he he he)

PADI sering kali kita nikmati dalam bentuk Nasi, yang hampir tiga kali sehari. Sebab nasi sebagai makanan pokok kita sehari-hari. Kata orang tua dulu (Jawa)
“kalau belum makan nasi, berarti belum makan.”
Padahal mereka sudah memakan umbi-umbian dan wedang kopi, tetap saja mereka bilang belum makan.

Kembali kepada masalah PADI! Selain sebagai nasi (makanan pokok), PADI juga bisa dimanfaatkan sebagai tepung beras yang bisa dipakai untuk membuat adonan seperti kue atau jajan pasar seperti lapis, cucur, dan masih banyak yang lainnya.

Secara tidak langsung, bahwa dari PADI dapat memberikan banyak manfaat bagi manusia baik itu dari segi perokonomian dan sumber energi.

2. KETELA POHON

KETELA POHON, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Tak jauh beda dengan PADI, KETELA POHON (Po ong/Budin (nama di Jawa)) memiliki peranan sebagai sumber karbohidrat. Tetapi ada kelebihan dari KETELA POHON, daunnya bisa dijadikan sayur yang sedap dan nikmat. Selain itu pula, KETELA POHON dapat dijadikan sebagai bahan dasar maknan atau jajanan pasar mulai dari tewul, gobet, growol dll. Bisa juga dijadikan makanan ringan seperti kripik (andil), cimpring, dll.

Walau peranan KETELA POHON hampir sama, akan tetatapi belum bisa dikatakan lazim bagi masyarakat luar Jawa bahkan orang luar Negeri untuk bisa menggeser dominasi PADI untuk dijadikan sebagai makanan pokok (pengganti Nasi).

3. JAGUNG

JAGUNG (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan PADI. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir JAGUNG adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia (Nasi JAGUNG). Makanan lain dari bahan JAGUNG diantaranya seperti Blendung, Bakwan JAGUNG dll. Pada masa kini, JAGUNG juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil JAGUNG menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia.

JAGUNG merupakan tanaman model yang menarik[1][2], khususnya di bidang biologi dan pertanian. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif, dan membantu terbentuknya teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian agronomi, tanggapan JAGUNG yang dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan JAGUNG sebagai tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang disukai.

4. KELAPA

Siapa yang tidak suka KELAPA, buah yang selalu memberikan kesegaran ditengah terik mentari dan buah dengan beribu manfaat. Dari mulai dahan, pohon hingga buahnya dapat dimanfaatkan. Dari yang muda hingga yang tua.

Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae.[1] Arti kata kelapa (atau coconut, dalam bahasa Inggris)[2] dapat merujuk pada keseluruhan pohon kelapa, biji, atau buah, yang secara botani adalah pohon berbuah, bukan pohon kacang-kacangan. Istilah ini berasal dari kata Portugis dan Spanyol abad ke-16, coco yang berarti "kepala" atau "tengkorak" setelah tiga lekukan pada tempurung kelapa yang menyerupai fitur wajah. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.[3]

Kelapa dikenal karena kegunaannya yang beragam, mulai dari makanan hingga kosmetik.[4] Daging bagian dalam dari benih matang membentuk bagian yang secara teratur menjadi sumber makanan bagi banyak orang di daerah tropis dan subtropis. Kelapa berbeda dari buah-buahan lain karena endosperma mereka mengandung sejumlah besar cairan bening,[4] disebut "santan" dalam literatur,[5] dan ketika belum matang, dapat dipanen untuk diminum sebagai "air kelapa", atau juga disebut "jus kelapa".

Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, tetapi kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.

Namun, KELAPA bukanlah sumber makanan pokok. Ia hanya dijadikan sebagai pelengkap, baik disajikan sebagai minuman ataupun sebagai santan untuk membuat masakan lebih terasa nikmat dan mantap.

Itulah beberapa hasil yang akan dipanen pada beberapa bulan terakhir penghujung tahun 2019 ini. Mudah-mudahan dapat menjadi manfaat tersendiri bagi kita semua dan kita dapat meningmati pula hasil panen tersebut. Sehingga hasil panen ini akan menjadikan kehidupan kita lebih baik lagi.

Tetuntuk bagi para petani, panen kali ini mudah-mudahan dapat menjadikan kita lebih bersyukur agar tidak kufur. Perbanyak sedekah dan terus tanam kebaikan agar memanen lebih banyak kebaika. Aamiin....

Bagi para pembaca, silahkan maknai apa yang menurut anda baik dan mudah-mudahan kita menjadi bagian dari orang-orang yang suka bersyukur. Pilihlah makanan yang kalian sukai dan jangan buang makanan yang tak kalian sukai, tapi berikanlah pada yang lebih menyukai.


Tuesday, August 6, 2019

Pendidik Yang Terdidik



Berbicara soal pendidikan tidak akan pernah terlepas dari peranan pendidik terutama yang terdidik.
Apa maksud dari pendidik yang terdidik?
Pendidik yang terdidik adalah pendidik yang paham bagaimana cara mendidik anak didik, entah itu melaui otodidak, menempuh pendidikan forman, pendidikan non formal ataupun pendidikan in formal.
Terus siapa Pendidik yang terdidik itu?
Pendidik yang terdidik disini ada beberapa, diantaranya :
1.       Orangtua
Peranan orang tua sangatlah penting dalam perkembangan anak. Terutama anak usia dini/balita. Sebab pada usia ini, anak masih perlu banyak bimbingan untuk belajar mandiri dan memahami apa yang ada disekitarnya (mengeksplor).

Terkadang ada anak yang aktif, kita sering menyebutnya bandel, nakal dan istilah lainnya yang sebenarnya itu adalah bagian dari perkembangan si  anak. Bila tidak ada bimbingan dari orang tua, anak tersebut bisa saja menjadi lebih nakal dan lebih bandel.

Ada pula anak yang cenderung pendiam, sebab selalu berada dalam dekapan sang ibu tercinta atau orang terdekatnya. Sebab para orang tua beranggapan kalau seorang anak dilepas begitu saja ia akan kenapa-napa. Orang tua  seperti ini disebut over protektif.

Bagaimana kita menyikapi perbedaan tersebut? dan bagaimana menyikapinya? Kalau terjadi kenapa-napa terus gimana?

Hilangkan semua pikiran yang membelenggu dan jauhkan hal-hal negatif dalam otak kita.
Biarkan anak-anak kita bermain dengan leluasa, biarkan ia mengenal dunianya, biarkan ia mencari apa yang ingin ia temukan. Tapi jangan lupa, pengawasan orang tua dan arahannya sangat dibutuhkan oleh sang buah hati (anak) dan jangan sekali-kalimemarahi anak kita apa lagi dengan menyebut ia cengeng, bandel, nakal, bodoh atau sebutan lainnya yang bisa menurunkan mental si anak.

Pakailah bahasa yang baik. Bila anak salah, sampaikan dengan bahasa halus. “dik, itu kurang tepat”, “dik, harusnya itu begini”, “dik, pelan-pelan ya”, dsb.

Oleh sebab itu, orang tua harus lebih paham dari sang anak. Orang tua harus lebih terdidik untuk memudahkan dalam mendidik anak.

Lah tapikan saya dulutidak sekolah! Saya kan dulu cuman tamatan SD!

Terdidik bukan dilihat dari seberapa tinggi tingkat pendidikannya, seberapa banyak uanggnya atau seberapa tinggi jabatannya!

Orang terdidik adalah orang yang memiliki rasa toleransi dan memahamiorang lain, Orang yang memiliki jiwa penyabar dan orang yang memiliki nilai keimanan terhadap keyakinannya.

2.       Orang disekitarnya (saudara, tetangga dan masyarakat sekitar (lingkungan))

Pendidikselanjutnya adalah orang disekitar, hampir sama dengan orang tua. Cuma perbedaannya adalah pada radius dan volume yang lebih luas.

Bagaimana menciptakan Pendidik yang terdidik di lingkungan atau dimasyarakat?

Budaya inilah yang harus kita bahas, sebab pengaruh lingkungan, masyarakat dan orang sekitar sangat berdampak bagi pendidikan anak kita.

Cara untuk menciptakan pendidik yang terdidik bagi orang disekitar adalah dimulai dari kita (orangtua). Kalau para orangtua berhubungan baik dengan tetangga dan orang sekitar, maka akan tercipta pula keharmonisan bertetangga dan kenyamanan bertetangga. Pemandangan inilah yang akan digunakan sebagai gambaran kepada anak-anak kita, bahwa belajar itu dengan suasana menenangkan, meyenangkan dan mengasikkan.

3.       Guru (dalam dunia pendidikan)

Ada yang lebih penting dalam mendapatkan pendidik yang terdidik, yaitu peranan guru. Bagaimana tidak, guru yang memiliki predikat pahlawan tanpa tanda jasa dan guru adalah sosok yang “di gugu lan di tiru” adalah bukti bahwa peranan seorang guru sangatlah berpengaruh pada perkembangan anak (peserta didik). Sehingga sudah sepantasnya bila seorang guru harus berpendidikan dan terdidik baik sekala formal, non formal ataupun informal.

Guru perlu memahami psikologi anak, sebab seorang guru tidak hanya berhadapan dengan satu anak didik saja. Satu guru bisa memegang 30-40 anak, padahal dalam kelas yang ideal di isi maksimal 20 anak didik. Oleh karenanya peranan guru harus ekstra kuat dan ekstra hebat, agar tidak ada diskriminasi atau kesenjangan dalam peserta didik memperoleh pengajaran.

Mendidik peserta didik juga harus disesuaikan dengan jenjang usia. Pendidikan PAUD 2 tahun sampai 4 tahun menjadi tanggung jawab pendidik ditingkat Kelompok Bermain (KB), dan usia 4 sampai 6 tahun menjadi tanggung jawab Taman Kanak-Kanak (TK), ketika sudah memasuki usia 6 -12 menjadi tanggung jawab guru Sekolah Dasar (SD), 12-16 usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), 16-18 tahun memasuki usia Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 18 tahun ketas masuk pendidikan jenjang perkuliahan.

Tantangan terberat ada pada guru Pendidikan Usia Dini hingga usia Sekolah Dasar. Sebab pada usia tersebut, seorang guru harus benar-benar membentuk karakter dan menguatkan rasa kepercayaan diri seorang anak. Sehingga perlu ekstra kehati-hatian dalam mendidik anak. Jangan sampai biarkan masa bahagia mereka hilang ditengah jalan. Rasa bahagia yang dimaksud dalam tulisan ini adalah rasa bahagia dalam belajar dan menemukan hal-hal baru.

Jangan biarkan masa depan anak hilang karena pola didik yang salah. Maka sebagai guru harus bisa mengakomodir dan memberikan arahan yang baik. Jangan banyak memberi tekanan ataupun menyudutkan peserta didik sebagaimana semboyan dari bapak pendidikan Indonesia (Ki Hajar Dewantara) dan diabadikan dalam logo Pendidikan Nasional.

“Ing Ngarso Sung Tuladha”
“Di depan menjadi tauladan”
“Ing Madya Mangun Karso”
“Di tengah membangun semangat”
“Tut Wuri Handayani”
“dari belakang memberikan dorongan”

Dari semboyan tersebut, sudah jelas bahwa sebagai seorang guru harus bisa menjadi teman, menjadi orang tua dan menjadi seorang yang mampu memahami apa yang diinginkan oleh seorang peserta didik.

Mungkin hanya itu yang bisa penulis sampaikan, apa bila masih banyak kekurangan dalam tulisan ini agar bisa dikoreksi dan evaluasi. Hanya sebatas saran penutup, Kita sebagai orang tua harus lebih berhati-hati dalam mendidik anak dan jadilah pendidik yang terdidik agar anak kita dapat menjadi generasi bangsa yang cerdas dan berbakti kepada orangtua.

Thursday, November 29, 2018

JALUR TOL PEMALANG-TEGAL

INDAHNYA OBYEK PANTAI WONOKERTO Part II


Masih berbicara soal pantai Wonokerto, pantai yang baru-baru ini mendadak Viral dan digandrungi oleh kalangan muda. Pantai yang berada di wilayah utara Pekalongan Jawa Tengah ini begitu indah karena sudah banyak perubahan.
Lokasi ini sangat cocok digunakan salah satu alternative wisata keluarga diakhir pekan. Biayanya pun sangat murah dan yang jelas dapat membantu kita sejenak mengusir kepenatan.
Berikut beberapa View Pantai Wonokerto










JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)

Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu p...